Selasa, 25 Mei 2010

Habibie tak Mau Lepas


Pemakaman Ibu Negara Ketiga RI, Hasri Ainun Besari Habibie di Kompleks Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata berlangsung dengan penuh duka. Ribuan pelayat memenuhi halaman kediaman Habibie yang terletak di Patra Kuningan sejak pagi hari.
Tepat pukul 10.25 WIB, upacara pelepasan peti jenazah Ainun Habibie dimulai. Pemberangkatan peti jenazah dipimpin Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono. Suasana sempat hening ketika jenazah diberangkatkan menuju TMP Kalibata. Pasukan penghormatan serta marching band siap mengantar peti jenazah.
Sesampainya di TMP Kalibata, Bacharuddin Jusuf Habibie terlihat tak kuasa menahan duka saat mengawal prosesi pemakaman istri tercintanya. Presiden Ketiga RI tersebut dipapah Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono. Di depannya, Presiden SBY berjalan tepat di belakang jenazah yang diusung Paspampres menuju liang lahat yang telah disiapkan.
Sekitar pukul 11.20, prosesi pemakaman kenegaraan dimulai. Habibie turut memberi hormat saat peti jenazah dimasukkan ke liang lahat, diiringi tembakan salvo. Air mata Habibie tumpah saat menabur tanah ke atas peti jenazah istri yang telah menemaninya selama 48 tahun itu.
Sambil dipapah kedua putranya, Thariq Kemal dan Ilham Akbar, ia berusaha tegar sampai prosesi penimbunan peti jenazah usai. Habibie lalu meletakkan bunga dan mengelus lembut pusara istrinya.
Pemakaman di TMP Kalibata kemarin dihadiri ribuan pelayat. Kebanyakan berasal dari karyawan BPPT, ICMI, dan aktivis yayasan-yayasan yang dipimpin Ainun. Selain Presiden dan Ibu Negara, sejumlah tokoh juga hadir. Antara lain, Ketua MPR Taufiq Kiemas yang ditemani putrinya, Puan Maharani. Juga, Ketua DPD Irman Gusman, dan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso.
Ada pula para mantan wakil presiden, yakni Try Sutrisno, Hamzah Haz, dan Jusuf Kalla. Hadir pula mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah Wahid. Sejumlah menteri juga tampak hadir. Dalam sambutannya mewakili negara, Presiden SBY mengatakan, bangsa Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh terbaiknya. “Kita telah kehilangan salah seorang tokoh wanita Indonesia terbaik, seorang Ibu Negara yang penuh kasih, pejuang kemanusiaan yang tulus, serta ibu dari sebuah keluarga panutan,” kata SBY. Dia sempat menghentikan pidatonya karena bersamaan dengan kumandang azan Dzuhur.
SBY mengatakan, almarhumah telah mendampingi Habibie dalam menunaikan tugas-tugas negara yang sangat berat. Dengan penuh setia dan kepercayaan, Ainun telah mendampingi Habibie melewati hari yang tak mudah, dalam periode sejarah yang menentukan. Yakni, ketika negara diguncang krisis 1998-1999, berbarengan dimulainya reformasi nasional yang dramatis.
“Dalam suka dan duka, beliau selalu tegar menjalankan tugas sebagai Ibu Negara bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara yang kita cintai,” kata SBY, yang kemarin memanggil Ainun dengan sebutan “Ibu Negara yang Penuh Kasih”.
SBY juga menyinggung jasa-jasa Ainun yang mulai berkarier sebagai dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. “Sepanjang hidupnya, almarhumah telah menunjukkan darma bakti terbaiknya dengan penuh ketulusan,” kata SBY.
Hingga akhir hayatnya, Ainun adalah ketua umum Perhimpunan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI) dan Pengurus Yayasan Amal Abadi Beasiswa Orang Tua Bimbing Terpadu (YAAB-ORBIT). “Dedikasi yang tak berkesudahan kepada nilai-nilai kemanusiaan menjadi bukti nyata keteladanan almarhumah,” kata SBY. Berkat jasanya, Ainun telah meraih Bintang Republik Indonesia Adipradana dan Bintang Mahaputra Adipurna dari pemerintah.
Adik Habibie, JE Habibie, atau biasa dipanggil Fanny Habibie mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan masyarakat atas perhatian terhadap almarhumah. Fanny juga bercerita, selama sakit hingga meninggal, Habibie kakaknya tak pernah meninggalkan istrinya. “Almarhumah wafat dengan amat tenang dan damai, didampingi suami tercinta, yang tak pernah meninggalkan sedetik pun,” kata Fanny.
Jenazah Ainun sendiri tiba di Tanah Air tepat pukul 05.00 kemarin di Bandara Halim Perdanakusuma. Kedatangan jenazah sudah ditunggu sejumlah sahabat dekat, pejabat pemerintah dan keluarga Habibie. Sekitar pukul 05.30, jenazah lantas dibawa dengan kawalan polisi ke kediaman Habibie. Seakan tak ingin lepas dari belahan jiwanya itu, Habibie ikut mendampingi jenazah saat dibawa ke dalam mobil.

Banyak Mendapat Simpati di Twitter
Barangkali inilah kisah cinta sejati pada abad ini. Bacharuddin Jusuf Habibie menginspirasi ribuan mungkin jutaan orang tentang makna sebuah cinta yang begitu tulus. Kata-kata terakhir Habibie, di depan jenazah istrinya, Hasri Ainun Habibie, telah menegakkan bulu roma, membasahi mata, menyesakkan dada.
“Saya dilahirkan untuk Ibu Ainun dan Ibu Ainun dilahirkan untuk saya,” tutur Habibie. ”Ainun, saya sangat mencintaimu. Tapi Allah lebih mencintaimu. Sehingga saya merelakan kamu pergi.” Kini, kata-kata itu menjadi topik yang paling banyak dikomentari di situs jejaring sosial Twitter. Beberapa di antaranya: - Omaigawd, the love story of mr Habibie and her wife is sooo romantic:'), - Terharu baca ttg Pak Habibie yang setia disamping istri sampai akhir hayat. Semoga kelak bisa dapet suami spt itu. Amiin...- Ingin punya kehidupan cinta seperti Pak Habibie & Alm Ibu Ainun, - Terharu bgt dnger kata2 pak habibie.kalo ibu ainun terlahir utk dia dan pak habibie tercipta utk ibu ainun.. Dear Pak Habibie,dimohon untuk membuka kursus kesetiaan bagi para pria zaman sekarang, Hujan turun badan pun basah, Batang galah haluan perahu; Niat di hati tak mahu berpisah, Kehendak Allah siapa yang tahu....(Turut Berduka cita, smg Ibu ditempatkan di sisi-NYA, pada tempat yang baik, Amiennnn Dan Keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran, ketabahan dan keikhlasan...amin ya rabbal alamin.) (sof/aga/zul

0 komentar:

 
Powered by Blogger