Jumat, 30 September 2011

Ragam Bahasa

Sebagai bangsa, Indonesia memiliki khazanah budaya yang sangat berlimpah. Khazanah budaya yang tidak akan mungkin ada, jika manusianya tidak cerdas. Bahasa Indonesia ialah salah satu produk dari kecerdasan itu.
Sejalan dengan keberagaman bangsa Indonesia sebagai pemakainya, bahasa Indonesia juga memiliki keragaman dan keunikannya sendiri. Keragaman bahasa dapat dikelompokkan berdasarkan media/cara pengungkapan, topik yang dibicaran, profesi penutur, daerah asal penutur, dan pendidikan dan sikap penutur.


A. Ragam bahasa berdasarkan media/cara pengungkapan

Ragam bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (lidah, pita suara dan bibir dan kesatuan bagian lainnya di dalam mulut yang berfungsi sebagai alat ucap) dengan fonem sebagai unsur dasar. Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukan kontras makna. Bahasa lisan setiap orang berbeda-beda, dan masing-masing memiliki keunikannya sendiri. Kemampuan seseorang di dalam tata bahasa, penguasaan kosakata dan lafal merupakan faktor yang berkaitan dengan ragam bahasa lisan. Ragam bahasa lisan juga disemarakkan dengan berfungsinya bagian tubuh selain alat ucap yang dapat membantu penyampaian ide dan informasi penutur. Contohnya adalaha tinggi rendah suara (intonasi), tekanan pada kata tertentu, air muka (ekspresi) dan gerak tangan.

Ragam bahasa tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Tata cara penulisan (ejaan) yang baik dan benar adalah hal yang harus diperhatikan. Tata cara itu terdiri dari bentuk kata atau susunan kalimat, ketepatan pilihan kata(diksi), kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca. Beberapa contoh ragam bahasa tulis adalah buku, diktat, skripsi, karya ilmiah, surat kabar, pesan singkat, memo, notula dan sebagainya.
B. Ragam bahasa menurut topik yang dibicarakan
Ketika berkomunikasi tentang suatu topik, masyarakat umumnya menggunakan istilah-istilah yang berkaitan. Setiap topik mempunyai istilah-istilah yang berbeda. Istilah-istilah ini pula yang menyebabkan keragaman bahasa. Jika topik yang dibicarakan ialah masalah ekonomi, maka istilah-istilah yang digunakan berbeda dengan topik politik, agama, seni atau olah raga. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa. Laras bahasa berkaitan dengan diksi.
C. Ragam bahasa menurut profesi penutur
Profesi atau pekerjaan yang dilakoni masyarakat turut berperan di dalam ragam bahasa Indonesia. Pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia umumnya merupakan rutinitas sehari-hari. Rutinitas itu perlahan-lahan memberi pengaruh pada kebiasaan seseorang bertutur bahasa Indonesia. Oleh karena setiap profesi adalah berbeda, maka kebiasaan bertuturnya mengakibatkan keragaman bahasa di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita dapat ditemukan keragaman bahasa menurut profesi penuturnya. Misalnya ketika di sebuah kendaraan umum Anda berbicara kepada seseorang yang belum dikenal sebelumnya, maka setelah sepotong dua potong kalimat dapat diketahui apa profesi orang tersebut. Istilah-istilah yang biasa digunakan di dalam pekerjaannya akan dituturnya. Hal ini karena istilah-istilah tersebut sudah melekat di dalam kepribadiannya. Jika orang itu adalah pedagang, maka ia akan berbicara lebih banyak tentang kondisi ekonomi saat itu.
D. Ragam bahasa berdasarkan daerah asal penutur
Budaya, latar belakang sosial, dan letak geografis suatu daerah dapat juga mempengaruhi ragam bahasa. Ragam bahasa yang didasari oleh daerah asal penutur disebut dialek atau logat. Pengertian dialek atau logat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara mengucapkan kata-kata (aksen) atau lekuk lidah yang khas. Jadi, dialek setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing.
Orang Jawa memiliki dialek yang halus dan ciri khas ketika mengucap pelafalan huruf “b” pada awal kata, banyak menggunakan bunyi huruf “o” untuk huruf “a”, melakukan penebalan bunyi untuk huruf-huruf “b”, “d”, “g”, “j”, dan “r”. Orang Jakarta atau Betawi memiliki dialek yang lebih lugas dan banyak menggunakan vokal “e” untuk huruf “a” di akhir kata. Orang Batak memiliki dialek yang sangat khas dengan nada tingginya dan lebih baku. Orang Ambon terkenal dengan dialek asli yang enak didengar dan ada pengayunan nada pada pengucapan kalimat.
Diaek Jawa : Siopo dhosen’e ?
Dialek Betawi : Siape dosennye ?
Dialek Batak : Bah, siapa dosennya ?
Dialek Ambon : Siapa dosennya ?
E. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan dan sikap penutur
Ragam bahasa berdasarkan golongan ini terdapat pada wilayah perkotaan yang umumnya terdiri dari masyarakat dengan pendidikan yang heterogen. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pilm, pakultas.
Sikap penutur juga dapat menimbulkan keragaman bahasa. Komunikasi yang dilakukan dengan kawan dekat berbeda dengan komunikasi dengan guru, dosen, ataan, atau orang yang belum dikenal. Komunikasi kepada kawan dekat mungkin lebih banyak mengandung bahasa tidak baku dan candaan akrab, sedangkan dengan orang lainnya lagi mungkin tidak seleluasa menggunakan bahasa tidak baku, kita akan lebih menghormati dan berkomunikasi dengan bahasa baku.

0 komentar:

 
Powered by Blogger